Kisah Seekor Burung Pipit
Ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor
Burung Pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada
lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk
meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan-pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin
sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.
Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel
salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena
tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di
sayapnya justru bertambah tebal. Si Burung pipit tak mampu berbuat apa
apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.
Dia merintih
menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang
kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa mengapa
yang datang hanya seekor Kerbau, dia menghardik si Kerbau agar menjauh
dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat
sesuatu untuk menolongnya.
Si Kerbau tidak banyak bicara, dia
hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut. Si Burung
Pipit semakin marah dan memaki maki si Kerbau. Lagi-lagi Si kerbau tidak
bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas
tubuh si burung.Seketika itu si Burung tidak dapat bicara karena
tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa
bernapas.Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang
membeku pada bulunya pelan pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia
dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si Burung
Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas-puasnyanya.
Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri
sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan
kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa
salju yang masih menempel pada bulu si burung.
Begitu bulunya
bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah
mendapatkan teman yang ramah dan baik hati. Namun apa yang terjadi
kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si Burung,
dan tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Anak Kucing.
Refleksi Hikmah :
1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu cocok dan baik buat kita.
2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu-satunya ukuran.
3. Apa yang pada mulanya terasa pahit dan tidak enak, kadang-kadang
bisa berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula
sebaliknya.
4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lupa dan jangan terburu nafsu, agar tidak kebablasan.
5. Waspadalah terhadap Orang yang memberikan janji yang berlebihan
Dhia El-Fatih
There are mysteries to the universe we were never meant to solve. But who we are and why we are here, are not among them. Those answers we carry inside. An this message is for all of you..
Kamis, 02 Oktober 2014
Please Humans, read this
----- :: Bobot Sebuah Do'a ::-----
Fateema Redden, seorang Ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah supermarket. Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon agar diperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang sakit dan sudah seminggu tidak bekerja, sedangkan Ia memiliki tujuh anak yang sangat membutuhkan makan. John Longhouse, si Pemilik supermarket, mengusir dia keluar. Sambil terus menggambarkan situasi keluarganya, si Ibu terus menceritakan tentang keluarganya.
"Tolonglah Pak, Saya janji, saya akan segera membayar hutang tersebut setelah aku punya uang." John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut. "Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi," Ia beralasan.
Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal mendengarkan percakapan tersebut. Dia mendekati keduanya dan berkata, "Saya akan membayar semua yang diperlukan Ibu ini."
Karena malu, si Pemilik toko akhirnya mengatakan, "Tidak perlu Pak. Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis. Baiklah, apakah Ibu membawa daftar belanja ?" "Ya Pak, Ini," kata sang Ibu sambil menunjukkan sesobek kertas kumal. "Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan, dan saya akan memberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat timbangan tersebut."
Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Fateema menundukkan kepala sebentar, dan kemudian menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut, lalu dengan kepala tetap tertunduk, Ia meletakkannya ke dalam timbangan.
Mata Si Pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke bawah. Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si Ibu sambil berucap kecil, "Aku tidak percaya pada yang aku lihat." Si Pelanggan baik hati itupun hanya tersenyum.
Disaksikan oleh Pelanggan baik hati tadi, si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi timbangan yang lain.
Jarum timbangan tidak kunjung berimbang, sehingga si Ibu terus mengambil barang-barang keperluannya dan si Pemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat lagi.
Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat apa-apa. Karena tidak tahan, Si Pemilik toko diam-diam mengambil sobekan kertas daftar belanja si Ibu kumal tadi.
Kertas kumal itu, ternyata tidak berbentuk seperti kertas belanjaan pada umumnya. Tidak tertulis satupun daftar belanjaan di atas kertas tersebut, hanya sebuah do'a pendek, "Rabb, Engkau Maha Mengetahui apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam tangan-Mu."
Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Fateema, berterimakasih kepadanya, dan meninggalkan toko tersebut dengan menenteng belanjaan gratisnya. Si Pelanggan baik hati bahkan memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya.
Si Pemilik Toko kemudian mengecek timbangan yang tadi dipakai untuk menimbang dan menemukan bahwa timbangan yang dipakai tersebut ternyata rusak. Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah do'a.
KEKUATAN SEBUAH DO'A
Segera setelah anda membaca cerita ini, ucapkanlah sebuah doa. Hanya itu. Stop pekerjaan anda sekarang juga dan ucapkan sebuah doa untuk dia yang telah mengirimkannya kepada anda. Lalu, kirimkan cerita ini kepada setiap orang atau sahabat yang anda kenal. Biarlah jaringan ini tidak terputus, karena DOA ADALAH HADIAH TERBESAR DAN TERINDAH YANG KITA TERIMA. Tanpa biaya, tetapi penuh daya guna.
Fateema Redden, seorang Ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah supermarket. Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon agar diperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang sakit dan sudah seminggu tidak bekerja, sedangkan Ia memiliki tujuh anak yang sangat membutuhkan makan. John Longhouse, si Pemilik supermarket, mengusir dia keluar. Sambil terus menggambarkan situasi keluarganya, si Ibu terus menceritakan tentang keluarganya.
"Tolonglah Pak, Saya janji, saya akan segera membayar hutang tersebut setelah aku punya uang." John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut. "Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi," Ia beralasan.
Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal mendengarkan percakapan tersebut. Dia mendekati keduanya dan berkata, "Saya akan membayar semua yang diperlukan Ibu ini."
Karena malu, si Pemilik toko akhirnya mengatakan, "Tidak perlu Pak. Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis. Baiklah, apakah Ibu membawa daftar belanja ?" "Ya Pak, Ini," kata sang Ibu sambil menunjukkan sesobek kertas kumal. "Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan, dan saya akan memberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat timbangan tersebut."
Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Fateema menundukkan kepala sebentar, dan kemudian menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut, lalu dengan kepala tetap tertunduk, Ia meletakkannya ke dalam timbangan.
Mata Si Pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke bawah. Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si Ibu sambil berucap kecil, "Aku tidak percaya pada yang aku lihat." Si Pelanggan baik hati itupun hanya tersenyum.
Disaksikan oleh Pelanggan baik hati tadi, si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi timbangan yang lain.
Jarum timbangan tidak kunjung berimbang, sehingga si Ibu terus mengambil barang-barang keperluannya dan si Pemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat lagi.
Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat apa-apa. Karena tidak tahan, Si Pemilik toko diam-diam mengambil sobekan kertas daftar belanja si Ibu kumal tadi.
Kertas kumal itu, ternyata tidak berbentuk seperti kertas belanjaan pada umumnya. Tidak tertulis satupun daftar belanjaan di atas kertas tersebut, hanya sebuah do'a pendek, "Rabb, Engkau Maha Mengetahui apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam tangan-Mu."
Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Fateema, berterimakasih kepadanya, dan meninggalkan toko tersebut dengan menenteng belanjaan gratisnya. Si Pelanggan baik hati bahkan memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya.
Si Pemilik Toko kemudian mengecek timbangan yang tadi dipakai untuk menimbang dan menemukan bahwa timbangan yang dipakai tersebut ternyata rusak. Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah do'a.
KEKUATAN SEBUAH DO'A
Segera setelah anda membaca cerita ini, ucapkanlah sebuah doa. Hanya itu. Stop pekerjaan anda sekarang juga dan ucapkan sebuah doa untuk dia yang telah mengirimkannya kepada anda. Lalu, kirimkan cerita ini kepada setiap orang atau sahabat yang anda kenal. Biarlah jaringan ini tidak terputus, karena DOA ADALAH HADIAH TERBESAR DAN TERINDAH YANG KITA TERIMA. Tanpa biaya, tetapi penuh daya guna.
Sabtu, 23 Agustus 2014
Can you understand???
Kisah Pohon Apel Dan Seorang Anak (renungan)
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel yang sangat
besar. Ditempat itulah seorang anak kecil suka datang dan bermain di sekitarnya
hampir setiap hari. Dia selalu naik ke dahan dahan ranting rendah yang cukup
kokoh, lalu makan apel yang telah memerah, sambil tidur tiduran dibawahnya. Dia
begitu mencintai pohon apel tersebut dan juga sebaliknya, pohon itu sangat
senang bermain dengan sang anak.
Waktu berlalu ... si anak kecil telah besar dan dia
tidak pernah terlihat lagi bermain di sekitar pohon seperti hari hari
sebelumnya. Sampai suatu hari, anak itu datang kembali ke pohon apel dan ia
tampak sangat sedih.
"Kamu datang untuk bermain dengan saya?"
tanya pohon tersebut dengan sangat gembira.
"Saya bukan lagi seorang anak kecil, saya tidak
bermain-main lagi dengan pohon" Sahut sang anak.
"Saya ingin mainan. Saya butuh uang untuk
membelinya. "
"Maaf, tapi saya tidak memiliki uang ... tetapi
kamu dapat memilih semua buah apel yang saya miliki ini dan kamu bisa
menjualnya. Jadi, kamu bisa punya uang untuk membeli mainan itu" Jawab
sang pohon.
Anak itu sangat bergembira dan terlihat bersemangat.
Dia meraih semua apel di pohon dengan sangat bahagianya.
Sekian lama berlalu. Anak itu tidak pernahkembali
lagi setelah ia mengambil buah apel waktu itu. Si Pohon merasa sangat sedih.
Di suatu hari yang cerah, anak laki-laki itu kini
telah berubah menjadi seorang pria dewasa. Ia kembali menemui pohon itu.
"Kamu datang untuk bermain dengan
saya?"kata pohon dengan bersemangat.
"Saya tidak punya waktu untuk bermain. Saya harus
bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak istri. Kami membutuhkan rumah untuk
berteduh. Dapatkah Anda membantu saya? "
"Maaf, tapi saya tidak memiliki rumah. Namun
kamu dapat memotong dahan-dahan saya untuk membangun rumah mungil yang
indah"
Mulailah lelaki itu memotong semua dahan pohon yang
ada di kanan dan kiri. Pohon itu senang melihatnya.
Untuk berapa lama, lelaki itu pun tidak pernah
datang kembali sejak saat itu. Pohon apel itu merasa kesepian dan terlihat
sangat sedih.
Suatu hari musim panas, lelaki itu kembalidan pohon
apel itu pun terlihat begitu sangat gembira.
"Kamu datang untuk bermain dengan saya?"
Sahut Pohon.
"Saya mulai tua dan tidak bisa bermain lagi.
Aku ingin pergi berlayar kesamudera luas untuk bersantai sendiri. Dapatkah kamu
memberi saya perahu "kata pria itu.
"Gunakan batang saya untuk membangunperahu
impianmu. Nanti kamu bisa berlayar jauh dan bahagia dengan keinginanmu itu .
Jawab sang pohon.
Mulailah lelaki itu memotong batang pohon, untuk
kemudian akan dijadikannyasebuah perahu. Ia pun pergi berlayar, dansama seperti
sebelum sebelumnya, ia tidak pernah muncul untuk waktu yang lama.
Setelah sekian tahun berlalu, akhirnya, pria itu
kembali lagi.
"Maaf anakku, Tapi aku tidak memiliki apa-apa
untuk kau ambil lagi. Tidak ada lagi apel yang bisa kau petik, tidak ada lagi
cabang dahan yang bisa kau ambil ..." Kata pohon.
"Tidak apa-apa, saya tidak memiliki gigi lagi
untuk memakan buahmu, tidak ada tenaga untuk memanjat dahan dahanmu. Saya
terlalu tua untuk itu"kata sang lelaki.
"Saya benar-benar tidak bisa memberikanapa-apa
... satu-satunya yang kini saya miliki adalah akar pohon tua yang sudah
rapuh" kata pohon apel sambil bercucuran air mata.
"Saya tidak memerlukan banyak hal sekarang,
saya hanya butuh sebuah tempat untuk beristirahat. Saya lelah setelah
bertahun-tahun mengembara"
jawab sang lelaki.
"Baiklah! Akar pohon tua adalah tempat terbaik
untuk bersandar dan beristirahat melepas penat. Ayo, ayo duduk bersama
saya"
Pria tua itu pun mendekat dan pohon apelitu terlihat
sangat senang dengan seuntai senyum bercampur air mata .
Ini adalah kisah setiap orang di dunia ini. Pohon
apel itu ibaratnya adalah seperti para orang tua. Ketika kita masih kecil, kita
senang bermain dengan Ayah dan Ibu.
Ketika kita telah tumbuh dewasa, kita meninggalkan
mereka. Hanya datang sesekali kepada mereka ketika kita membutuhkan sesuatu
atau ketika kita berada dalam kesulitan.
Tidak peduli apapun niat sang anak, orangtua akan
selalu berada di sana, orang tua selalu tegar berdiri saat sang anak benar
benar membutuhkan mereka. Dengan segenap kerelaan hati, mereka akan memberikan
segala yang mereka bisa hanya untuk membuat Anda bahagia.
Kita mungkin berpikir anak itu sangat kejam kepada
pohon. Tapi itulah sebuah gambaran nyata bagaimana kita semua sering
memperlakukan orang tua seperti itu juga. Kita selalu menganggap remeh dan
cenderung tidak menghargai semua yang mereka lakukan untuk kita. SAMPAI
akhirnya kita Terlambat. Terlambat untuk menemukan apa maunya MEREKA.
Bukan harta benda, mereka tak butuh uangmu. Bukan
rumah mewah, mereka tak butuhkan hal itu. Yang mereka inginkan adalah KAMU. Ya
KAMU!
Untuk temani masa tua mereka, untuk sekedar berbagi
hal-hal kecil bersama mereka.
Rabu, 20 Agustus 2014
Jumat, 08 Agustus 2014
Just Teripang
Suatu hari ada seorang pria yang bernama Parno yang berprofesi sebagai
guru masak. Dia memiliki murid perempuan yang bernama Dewi. Parno
mengajari Dewi tentang memasak ala sea food.
Lalu Dewi bertanya,
"Hewan apa yang sangat baik untuk dimakan namun mencarinya gampang?"
Dan Parno pun menjawab, "Teripang."
"Di mana saya bisa mendapatkan teripang?" tanya Dewi.
Parno menjawab, "Di pantai."
Lalu mereka pergi ke pantai untuk mencari teripang. Saat itu keadaan sangat mendukung pencarian mereka karena air laut sedang surut. tapi ada 1 masalah. Mereka lupa membawa pakaian rekang, maka dari itu Parno menyarankan agar mereka melepas pakaian mereka agar bisa dipakai lagi di dapur.
Sekian lama mereka tidak mendapatkan teripang. Lalu, Dewi bertanya, "bentuk teripang seperti apa?"
Lalu Parno menjawab "Lonjong, berurat, dan panjang."
Tidak lama kemudian... "SAYA DAPAT!"
(Dewi memegang barang milik Parno dan menariknya ke atas)
Lalu Dewi bertanya,
"Hewan apa yang sangat baik untuk dimakan namun mencarinya gampang?"
Dan Parno pun menjawab, "Teripang."
"Di mana saya bisa mendapatkan teripang?" tanya Dewi.
Parno menjawab, "Di pantai."
Lalu mereka pergi ke pantai untuk mencari teripang. Saat itu keadaan sangat mendukung pencarian mereka karena air laut sedang surut. tapi ada 1 masalah. Mereka lupa membawa pakaian rekang, maka dari itu Parno menyarankan agar mereka melepas pakaian mereka agar bisa dipakai lagi di dapur.
Sekian lama mereka tidak mendapatkan teripang. Lalu, Dewi bertanya, "bentuk teripang seperti apa?"
Lalu Parno menjawab "Lonjong, berurat, dan panjang."
Tidak lama kemudian... "SAYA DAPAT!"
(Dewi memegang barang milik Parno dan menariknya ke atas)
What this is??
Seorang wanita cantik dan sexy terjatuh dari lantai 80 sebuah gedung
megah. Untunglah di lantai 70, ada seorang Pria Amerika menangkapnya.
Wanita : “Terima kasih anda telah menolong saya….”
Pria Amerika : “Sama-sama, tapi Anda harus membalas budi”
Wanita : “Bagaimana caranya ?”
Pria Amerika : “Tidurlah denganku…..”
Wanita : “Bajingan kau, TIDAK MAU !!!”
Pria Amerika : “Ya sudah kalau nggak mau…” Pria Amerika kemudian melepaskannya dan wanita itu kembali terjatuh….
Di lantai 50, seorang Pria Prancis berhasil menangkapnya.
Wanita : “Terima kasih anda telah menolong saya….”
Pria Prancis : “Sama-sama, tapi Anda harus membalas budi”
Wanita : “Bagaimana caranya ?” Pria Prancis : “Tidurlah denganku…..”
Wanita : “** SENSOR ** kamu, TIDAK MAU !!!”
Pria Prancis : “Ya sudah kalau tidak mau…” Pria Prancis kemudian melepaskannya dan wanita itu kembali terjatuh…
Lantai 45 lewat, lantai 40 lewat, lantai 35 lewat dan tidak ada lagi yang menangkapnya. Si wanita mulai menyesal.
Akhirnya dia memutuskan kalau ada lagi pria yang menangkapnya, ia mau diajak tidur bareng. Daripada mati, pikirnya.
Akhirnya di lantai 20, seorang Pria Arab menangkapnya. Buru-buru wanita itu berkata :
Wanita : “Terima kasih anda telah menolong saya. Sebagai balas jasa, Anda boleh tidur dengan saya…”
Pria Arab : ” Astaghfirullah !!!!!”
Lalu Pria Arab itu melepaskannya kembali…
Wanita : “Terima kasih anda telah menolong saya….”
Pria Amerika : “Sama-sama, tapi Anda harus membalas budi”
Wanita : “Bagaimana caranya ?”
Pria Amerika : “Tidurlah denganku…..”
Wanita : “Bajingan kau, TIDAK MAU !!!”
Pria Amerika : “Ya sudah kalau nggak mau…” Pria Amerika kemudian melepaskannya dan wanita itu kembali terjatuh….
Di lantai 50, seorang Pria Prancis berhasil menangkapnya.
Wanita : “Terima kasih anda telah menolong saya….”
Pria Prancis : “Sama-sama, tapi Anda harus membalas budi”
Wanita : “Bagaimana caranya ?” Pria Prancis : “Tidurlah denganku…..”
Wanita : “** SENSOR ** kamu, TIDAK MAU !!!”
Pria Prancis : “Ya sudah kalau tidak mau…” Pria Prancis kemudian melepaskannya dan wanita itu kembali terjatuh…
Lantai 45 lewat, lantai 40 lewat, lantai 35 lewat dan tidak ada lagi yang menangkapnya. Si wanita mulai menyesal.
Akhirnya dia memutuskan kalau ada lagi pria yang menangkapnya, ia mau diajak tidur bareng. Daripada mati, pikirnya.
Akhirnya di lantai 20, seorang Pria Arab menangkapnya. Buru-buru wanita itu berkata :
Wanita : “Terima kasih anda telah menolong saya. Sebagai balas jasa, Anda boleh tidur dengan saya…”
Pria Arab : ” Astaghfirullah !!!!!”
Lalu Pria Arab itu melepaskannya kembali…
Selasa, 03 Juni 2014
History Of "Indonesia Raya" lyrics
Original lyrics (1928)
INDONESIA RAJA
Wage Rudolf SupratmanI
Indonesia, tanah airkoe,
Tanah toempah darahkoe,
Disanalah akoe berdiri,
Mendjaga Pandoe Iboekoe.
- Indonesia kebangsaankoe,
- Kebangsaan tanah airkoe,
- Marilah kita berseroe:
- "Indonesia Bersatoe".
Hidoeplah neg'rikoe,
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,
Bangoenlah rajatnja,
Bangoenlah badannja,
Oentoek Indonesia Raja.
- Refrain :
- Indones', Indones',
- Moelia, Moelia,
- Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta.
- Indones', Indones',
- Moelia, Moelia,
- Hidoeplah Indonesia Raja.
Indonesia, tanah jang moelia,
Tanah kita jang kaja,
Disanalah akoe hidoep,
Oentoek s'lama-lamanja.
- Indonesia, tanah poesaka,
- Poesaka kita semoeanja,
- Marilah kita berseroe:
- "Indonesia Bersatoe".
Soeboerlah djiwanja,
Bangsanja, rajatnja, semoea,
Sedarlah hatinja,
Sedarlah boedinja,
Oentoek Indonesia Raja.
- Refrain
Indonesia, tanah jang soetji,
Bagi kita disini,
Disanalah kita berdiri,
Mendjaga Iboe sedjati.
- Indonesia, tanah berseri,
- Tanah jang terkoetjintai,
- Marilah kita berdjandji:
- "Indonesia Bersatoe"
S'lamatlah poet'ranja,
Poelaoenja, laoetnja, semoea,
Madjoelah neg'rinja,
Madjoelah Pandoenja,
Oentoek Indonesia Raja.
Revised lyrics (1958)
INDONESIA RAJA(Republic Spelling)
I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Disanalah aku berdiri,
Djadi pandu ibuku.
- Indonesia kebangsaanku,
- Bangsa dan tanah airku,
- Marilah kita berseru,
- Indonesia bersatu.
Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rajatku, sem'wanja,
Bangunlah djiwanja,
Bangunlah badannja,
Untuk Indonesia Raja.
- Refrain :
- Indonesia Raja,
- Merdeka, merdeka,
- Tanahku, neg'riku jang kutjinta!
- Indonesia Raja,
- Merdeka, merdeka,
- Hiduplah Indonesia Raja!
Indonesia, tanah jang mulia,
Tanah kita jang kaja,
Disanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanja.
- Indonesia, tanah pusaka,
- P'saka kita semuanja,
- Marilah kita mendoa,
- Indonesia bahagia.
Suburlah djiwanja,
Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja,
Sadarlah hatinja,
Sadarlah budinja,
Untuk Indonesia Raja.
- Refrain
Indonesia, tanah jang sutji,
Tanah kita jang sakti,
Disanalah aku berdiri,
Ndjaga ibu sejati.
- Indonesia, tanah berseri,
- Tanah jang aku sajangi,
- Marilah kita berdjandji,
- Indonesia abadi.
S'lamatlah putranja,
Pulaunja, lautnja, sem'wanja,
Madjulah Neg'rinja,
Madjulah pandunja,
Untuk Indonesia Raja.
Current lyrics
INDONESIA RAYA
(Perfected Spelling)I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
- Indonesia kebangsaanku,
- Bangsa dan tanah airku,
- Marilah kita berseru,
- Indonesia bersatu.
Hiduplah negeriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
- Refrain :
- Indonesia Raya,
- Merdeka, merdeka,
- Tanahku, neg'riku yang kucinta!
- Indonesia Raya,
- Merdeka, merdeka,
- Hiduplah Indonesia Raya!
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk selama-lamanya.
- Indonesia, tanah pusaka,
- Pusaka kita semuanya,
- Marilah kita mendoa,
- Indonesia bahagia.
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.
- Refrain
Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N'jaga ibu sejati.
- Indonesia, tanah berseri,
- Tanah yang aku sayangi,
- Marilah kita berjanji,
- Indonesia abadi.
Selamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Negerinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.
Langganan:
Postingan (Atom)